Salah satu bentuk kegiatan dalam dunia speleologi adalah caving, atau penelusuran gua. Berdasarkan bentuk guanya maka ada dua jenis penelusuran gua yaitu penelusuran gua vertical dan penelusuran gua horisontal. Untuk jenis yang pertama di perlukan beberapa tehnik pendukung antara lain :
1) SRT (Single rope tehnik).
Tehnik untuk untuk melintasi suatu lintasan vertikal dengan satu tali.
2) Rigging
Dalam kesempatan ini akan membicarakan tehnik yang kedua.
Rigging adalah Tehnik pemasangan lintasan tali untuk gua-gua vertikal dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat rigging yang baik :
Rigging adalah Tehnik pemasangan lintasan tali untuk gua-gua vertikal dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat rigging yang baik :
1. Aman dilewati oleh semua anggota team.
2. Tidak merusak peralatan.
3. Dapat dilewati oleh semua anggota team
2. Tidak merusak peralatan.
3. Dapat dilewati oleh semua anggota team
Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui sebelum memulai pembuatan sebuah lintasan vertical, yang nantinya akan membantu untuk dapat mencapai syarat-syarat rigging yang baik.
A. ANCHOR
Dalam memasang sebuah lintasan kita terlebih dahulu harus memilih point tambatan. Point atau obyek yang akan dijadikan tempat tambatan disebut anchor.
Berdasarkan jenisnya maka anchor dibagi menjadi :
a. Natural anchor, anchor alam :
1. Pohon, sebelum kita memakai jenis ini kita harus memeriksa umur pohon , yang dapat kita lihat dari besarrrya, posisi pohon, maupun kondisi dari pohon tersebut.
2. Lubang tembus, sebuah lobang yang bisa kita temui di dinding, lantai maupun atap gua. Kita harus selalu memeriksa kekerasan batuan, keutuhan dan struktur dari batuan tersebut sebelum kita memutuskan akan memakainya.
3. Rekahan , atau celah yang bisa terbentuk dari penglisan lapisan (horisontal) maupun crek (vertical) . Kita harus selalu memperhitungkan bentuk celah, arah penyempitan celah arah penyempitan celah dan arah tarikan yang akan diterima.
4. Chock stone, batu yang tcrjepit pada scbuah celah schin ;a bcrfungsi sebagai pengaman sisip, sehingga sering disebut natural chock.
5. Stalaktit dan stalakmit untuk jenis ini hanya dipakai sebagai anchor deviasi karena tidak boleh mendapat beban yang besar.
b. Anchor buatan
Pada pembuatan lintasan jika sudah tidak bisa menggunakan atau tidak bisa mendapatkan natural anchor maka satu-satunya cara adalah membuat anchor buatan yaitu dengan bor tebing.
Berdasarkan posisi dan, urutan mendapatkan beban maka anchor dibedakan menjadi :
1. Main anchor atau Anchor utama
Anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan.
2. Back up anchor
Berfungsi sebagai anchor cadangan bagi main anchor, jika main anchor terlepas atau jebol.
B. FALL FACTOR (Jarak Jatuh)
Untuk menentukan posisi pemasangan antara main anchor dengan back up maka kita harus selalu memperhitungkan Fall Factor, yaitu beban hentakan yang diterima back up anchor saat main anchor terlepas atau jebol.
C. PANJANG TALI
Dan gambar di atas maka kita ketahui bahwa kekuatan anchor harus benar-benar diperhitungkan, terutama back up anchor. karena dirancang untuk mendapatkan beban hentakan
D. BENTUK-BENTUK ANCHOR
Untuk membuat suatu lintasan vertikal yang sesuai dengan syarat rigging yang baik salah satunya ialah dengan membuat beberapa variasi linrasan. Variasi lintasan yang pada pada umumnya dibuat karena bentuk medan dan pertimbangan keselamatan alat dan penelusur gua. Untuk itu dapat kita buat beberapa macam lintasan dengan bentuk-bentuk anchor yang ada:
a. Intermediete Anchor
Bentuk anchor ini untuk menghilangkan friksi tali pada dinding gua dengan cara memasang/ membuat tambatan pada titik gesekan/ friksi. Anchor yang dipilih harus benar-benar kuat bahkan kalau juga menggunakan back up untuk anchor intermediate, karena anchor ini juga mandapat beban seperti pada main anchor, yaitu mendapat beban vertikal penuh.
Kadang pada suatu ketika pada saat membuat jalur, ditengah pitch kita harus membuat lagi anchor intermediate untuk menghindari friksi. Jika pada saat itu kita juga harus menyambung tali pada anchor intermediate dengan membuat simpul delapan pada tali yang akan disambung dan pada tali penyambung dengan kedua loop simpul saling berkait, kemudian kedua loop itu baru ditambatkan pada carabiner.
b. Deviasi Anchor
Anchor ini dibuat juga untuk menghilangkan friksi tali pada dinding gua, dengan cara menarik tali/lintasan kearah luar dari titik gesekan dengan tambahan anchor. Panjang tarikan dan jarak anchor deviasi dengan main anchor, menunjukkan besar sudut pergeseran yang berarti mempengaruhi gaya tarik kesamping yang diterima anchor deviasi. Sehingga bisa dikatakan semakin dekat anchor deviasi dengan main anchor dengan panjang tarikan yang sama akan semakin besar gaya tarik kesamping yang diterima.
Variasi lintasan ini bisa dilewati dengan lebih cepat dibanding intermediete, perhitungan untuk anchor yang digunakan tidak sekuat untuk intermediete, dengan catatan bahwa anchor ini tidak boleh dibebani secara vertikal penuh.
Kedua bentuk lintasan ini baru selalu digunakan karena memenuhi syarat sebuah rigging yang baik, tidak merusak alat, yang juga berarti aman untuk orang yang melewati. Untuk menghindari friksi jika kedua diatas tidak dapat dibuat maka dapat menggunakan rope protector, roller module, ataupun bombement deviasi.
c. Y Anchor Anchor
Disebut Y anchor karena bentuknya seperti huruf Y, dibuat dengan tujuan untuk membagi beban yang diterima di kedua sisi dan menempatkan lintasan di posisi tertentu.
Untuk besar sudut (A) ada ketentuan yang bisa diperhitungkan . Jika sudut yang kita ambil salah (A>120), maka tujuan untuk membagi beban tidak tercapai, bahkan sebaliknya beban yang diterima ditiap titik tambatan akan lebih besar dari pada beban sebenarnya Y anchor bisa dibuat dengan berbagai macam cara :
· Dengan menggunakan dua buah webbing yang diambil dari dua sisi.
· Penggunaan simpul
1. Menggunakan 2 buah simpul 8
2. Menggunakan simpul Play Boy
3. Menggunakan simpul 8 dan butterfly
4. Double bowline
E. SIMPUL
Pengetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat adalah bagian perting yang harus dimiliki seorang penelusur gua. Untuk itu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan dalam hal ini ditekankan untuk memahami dengan baik tentang pengetahuan simpul. Beberapa penulis merekomendasikan tentang pelajaran simpul-simpul dasar yang penting-penting saja. Tetapi selama ini informasi yang diterima saling bertolak belakang tentang acuan pelajaran simpul (knot) yang mungkin bahkan akan menyangkut aspek dalam pelajaran vertikal caving.
Sementara penulis lain menyarankan untuk mempelajari simpul-simpul sebanyak-banyaknya, yang masing-masing mempunyai kegunaan sendiri sendiri. Pendekatan yang digunakan Penulis ini adalah menganggap jauh lebih baik menggunakan simpul yang penting-penting dan mudah, dibandingkan dengan menggunakan bermacam-macam simpul. Tetapi perlu diketahuinya berbagai macam simpul di mana dibutuhkan untuk sesuatu hal yang menyangkut bersifat emergensi (keadaan gawat dan mendesak) maupun kesulitan-kesulitan lain selama melakukan penelusuran gua.
Untuk pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan sering digunakan dalam penelusuran gua secara detil untuk memudahkan jika terjadi emergensi, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam membuat simpul tanpa harus memikir dua kali. Hal ini cenderung berlaku sebagai reaksi otomatis, karena penelusur dapat membuat simpul dengan cepat dan benar.
a) Kriteria simpul yang baik
Simpul yang baik untuk penelusuran gua vertikal dibagi 5 (lima) kriteria adalah sebagai berikut :
§ Mudah untuk dibuat
§ Mudah dilihat kebenaran lilitannya
§ Aman, dengan ikatan lilitan tidak bergerak dan tergeser ataupun tertumpuk pada saat dibebani.
§ Mudah dilepas/ diurai setelah dibebani.
§ Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.
Simpul yang mudah diteliti kembali merupakan kriteria yang sering kurang diperhatikan, seharusnya simpul yang sudah dibuat itu harus diteliti kembali apakah sudah benar atau belun. Seorang penelusur yang baik harus ingat seperti apa simpul yang baik dan tahu cara menelitinya lagi apakah simpul yang dibuat sudah benar. Mereka juga akan meneliti simpul yang dibuat rekan-rekannya sebelum simpul-simpul tersebut digunakan. Hal ini sebaiknya bisa dijadikan sebagai standart praktek yang aman bagi sebuah team penelusur gua dan bukannya diterima sebagai suatu ejekan atau penghinaan.
Faktor keamanan yang dimaksud adalah kemarnpuan simpul tetap terikat kuat setelah disimpul. Beberapa simpul, dalam bentuk dasarnya cenderung kehilangan fungsi kerjanya bila tidak diberi beban (mengendor) simpulnya. Seperti pada simpul Bowline adalah contoh yang paling umum. Untuk mengatasi hal itu simpul ini harus diakhiri dengan sebuah simpul overhand knot. Sebagai tambahan, ada simpul yang terlepas pada saat diberikan beban. Untuk megghindari hal ini semua simpul sebaiknya dikencangkan dengan tangan sebelum dipakai dan diberi sisa paling sedikit 10 cm. Pada prinsipnya semua simpul mengurangi kekuatan tali pada tempat simpul dibuat, dengan alasan simpul tersebut mengakibatkan tali bertekuk-tekuk. Pada waktu tali diberi beban, pilinan serat diluar tekukan simpul mendapat beban lebih banvak dibanding dengan pilinan serat di dalam simpul sehingga daerah tersebut menjadi lemah (tidak kuat terkena beban maksimal). Pada kenyataannya, perkiraan berkurangnya kekurangan kekuatan tali dapat dilakukan dengan menguji seberapa keras tekukan-tekukan tersebut.
Tali yang digunakan pada kegiatan caving saat ini cukup.kuat untuk menanggulangi kekurangan kekuatan mulai dari 30 % - 50 %, kecuali dalam kondisi tekanan hebat yang tidak wajar. Oleh karenanya pengetahuan tentang kekuatan simpul sangat berguna, tapi harus diletakkan pada sudut pandang yang benar. Keempat faktor yang lain umumnya ikut menentukan dalam melakukan pemakaian maupun pemilihan suatu simpul untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama sekali bila tali ditambatkan pada karabiner. Tekukan tali pada karabiner juga cenderung dapat mengakibatkan hilangnya kekuatan tali dalam porsi yang cukup besar dibanding hilangnya kekuatan tali akibat penggunaan simpul-simpul. Sebagai contoh Plymouth Cordage Company (1958) melaporkan, bahwa tali Goldline yang berdiameter 11 mm dapat kehilangan kekuatan hampir 50 % pada tambatan di karabiner yang berdiarneter 9,5 mm.
Dalam hal ini sulit untuk mendapatkan data yang dipakai, yang dapat dipercaya dengan data yang jelas yaitu mengenai kekuatan simpul. Ada beberapa alasan yang dapat diberikan, salah satunya adalah peneliti yang satu menggunakan alat uji yang berbeda dengan peneliti lainnya, sehingga sulit untuk membuat suatu perbandingan. Adapun angka kekuatan tali akibat adanya simpul dapat diberikan gambaran yang akurat dan mendapat rekomendasi penelusur gua Eropa.
b) Jenis Simpul Yang Sering Digunakan
1. Bowline
Pada dasarnya bowline merupakan simpul yang paling banyak dikenal dan digunakan. Bowline dapat memberikan basil yang baik bila tali yang digunakan melingkari obyek tertentu misalnya, anchor point yang dipasang pada pohon atau pinggang. Bowline dapat dibuat dengan cepat dan mudah tanpa memerlukan banyak latihan, dan bowline dapat dibuat dengan satu tangan dalam keadaan gelap hal ini merupakan bukti nyata bahwa bowline sering digunakan dalam keadaan emergensi. Kelebihan lain adalah bowline mudah diuraikan kembali, walaupun baru saja mendapatkan beban mendekati breaking point.
Hal ini dapat dibuktikan pada rescue. Harus selalu diingat ekor (tail) diletakkan di dalam loop. Bowline belum selesai disimpul sebelum diamankan dengan stopper yang biasa digunakan adalah overhand knot.
2. Figure Eight Loop (Simpul delapan)
Simpul figure eight loop lebih aman dibandingkan bowline dan merupakan simpul yang paling popular pada kegiatan penelusuran gua. Simpul ini dapat dibuat dengan benar jika ikatan pada standingpartnya berada di luar dan ekornya terletak di dalam. Jika simpul ini dibuat terbalik (standingpart-nya di dalam) simpul akan berkurang Iagi kekuatannya sebanyak 10 dari standart kekuatan simpul. Untuk Figure eight loop mempunyai kelebihan lain yaitu lebih cepat dibuat dan mudah diteliti, selain itu simpul ini bersifat serbaguna.
3. Overhand Knot
Simpul ini dapat digunakan sebagai pengganti simpul figure eight loop jika dalam keadaan emergensi karena faktor kecepatan. Bagaimanapun juga simpul overhand tidak sekuat simpul delapan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu simpul overhand knot jika terkena beban susah untuk diuraikan kembali. Akan tetapi simpul ini sering digunakan untuk mengamankan simpul utama, supaya tidak: terlepas dari ekornya.
c) Menyambung tali
Menyambung tali sering digunakan dalam penyambungan tali untuk pitch rigging maupun penyambungan sling. Untuk menyambung tali dengan diameter yang sarna biasanya yang sering digunakan adalah simpul delapan sambungan atau double fisherman. Tetapi untuk diameter yang berbeda, simpul doble fisherman adalah lebih baik dari pada simpul delapan sambungan. Tetapi untuk memudahkan dalam menyambung tali, simpul delapan sambungan sering digunakan karena mudah diteliti dan mudah diuraikan walaupun simpul doble fisherman lebih kuat dibandingkan dengan simpul delapan.
Untuk menyambung webbing atau pitch anchor yang paling populer adalah simpul overhand knot sambungan, karena selain tidak melipat webbing simpul ini mudah dipelajari, mudah dibuat, dan mudah diuraikan
F. PERALATAN RIGGING
Peralatan yang dipakai dalam rigging sangat banyak, tergantung dari bentuk lintasan vertikal yang ditemui. Perlatan yang digunakan meliputi:
1) Tali
Dalam penelusuran gua vertikal biasanya di gunakan teknik SRT (Single Rope Technique), yang artinya hanay menggunakan satu tali. Oleh karena itu tali yang digunakan harus benar-benar mempunyai kualitas yang baik dan memerlukan perawatan yang baik pula.
a. Jenis Tali
· Hawserlaid
Jenis ini tidak dipakai dalam penelusuran gua vertikal. Berbentuk lilitan dari bahan nylon.
· Kern Mantel
Disebut jenis kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian kern (bagian dalam/inti), dan matel (bagian luar/pembungkusnya). Untuk vertikal caving digunakan jenis static rope.
b. Kekuatan
Kekuatan tali yang digunakan biasanya harus mengalami uji kekuatan terlebih dahulu. Tali yang biasanya dipakai mempunyai kekuatan standart bagi yang telah lulus uji UIAA (Union International Associates de Alpinisme) adalah sesuai dengan diameter tali tersebut yaitu Kekuatan Tali = A2 x 22 kg >=diameter tali (mm).
c. Ladders
Ladders atau tangga tali bisanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter tertentu (lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk vertical caving). Ladders sangat efektif untuk digunakan pada pitch pendek, dengan bentuk lintasan overhang.
d. Tali Pita (Webbing)
Berbentuk tabung ataupun pipih (plate), sangat berguna untuk pemasangan tambatan alam, deviasi, maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar webbing yang dianjurkan untuk digunakan lebih besar atau sama dengan 30 mm. ukuran 25 mm jangan sekali-kali digunakan.
Dengan sempul tertentu kedua ujung webbing ini disambungkan untuk kemudian dijadikan penambat.
e. Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya dibuat dari bahan terpal yang tebal, yang kuat menerima gesekan.
f. Carabiner (cincin kait)
Fungsi alat ini sebagai pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan kegunaan dan fungsinya. Tiap produk carabiner yang ada telah mengalami uji kekuatan dari pabriknya untuk tarikan vertical maupun horisontal.
Berdasarkan pengamannya carabiner dibagi menjadi dua:
ü Carabiner Screw gate:
Jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
ü Carabiner Non Screw Gate
Jenis ini tidak mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
Berdasarkan bentuknya carabiner dibagi menjadi :
ü Oval Carabiner
ü Delta Carabiner
ü A Carabiner
ü Hart Carabiner
· Pengaman Sisip.
Pengaman sisip adalah peralatan tambahan untuk membuat tambatan. Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pemasangan yang bagus dan tepat sangat menentukan kekuatannya, tetapi perlu diperhatikan pada waktu akan dilewati jangan sampai terangkat ke arah luar.
Pengaman sisip yang sering digunakan adalah :
a. Chock Stopper
Jenis ini berbentuk piramida tumpul. Bisa digunakan untuk celah vertikal maupun horisontal.
b. Hexentrik
Bisa digunakan untuk celah vertikal maupun horisontal.
c. Friend
Jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical.
d. Chock Stone
Jenis ini bekerja sperti pengaman sisip lainnya. Bisa terpasang dengan sendirinya (batu yang terjatuh lalu terjepit pada celah), maupun sengaja dipasang.
e. Jammed knot
Teknik ini memasang pengaman sisip dengan menggunakan simpul pada webbing.
f. Pitton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti paku, yang ditanamkan pada celah vertikal maupun horisontal. Pitton akan sangat berguna pada beberapa jenis batuan, dan dengan pengalaman yang cukup untuk penelusuran gua vertical.
g. Bolts
Pada penelusuran gua vertical jika kita tidak bisa menemukan natural anchor, maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu-satunya pilihan adalah pemasangan bolts (bor tebing). Dengan bolts maka penelusur gua bisa menempatkan titik tambatan di tempat yang diinginkan.
Ukuran yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis batuan yang akan dibor maupun yang akan diterima, ukuran standard yang biasa digunakan adalah 8 mm sedang untuk batu yang lebih lunak digunakan double bold.
h. Hanger
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini digunakan untuk menambatkan tali. Bentuk-bentuk yang ada disesuaikan dengan medan yang ada.
Macam-macam hanger yang ada
§ Plate hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding yang tidak overhang, carabiner yang digunakan adalah carabiner oval, sisi carabiner harus selalu menempel dinding.
§ Twist Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan bisa carabiner oval maupun carabiner delta.
§ Ring Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan bisa carabiner oval maupun carabiner delta, juga bisa tanpa carabiner.
§ Clown Hanger
Jenis ini bisa digunakan di semua bentuk medan, hanger ini tidak menggunakan carabiner.
§ Driver
Digunakan untuk mengebor dinding/tebing
§ Hammer
Digunakan untuk mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk mengebor tebing.
G. BELAYING
Definisi dari belaying adalah mengamankan, dalam penelusuran gua belaying dapat beradi mengamankan sesame penelusur gua dalam medan yang sulit . Sedangkan dalam pembuatan rigging belaying adaiah mengamankan pembuat rigging pada seat memasang linlasan.
Dalam suatu kegiatan penelusuran gua kadang kadang ditemui medan yang sulit dilalui misalnya sungai bawah lanah yang arusnya deras atau gua yang berbantuk celah (crack) yang dalam dan hanya dapat dilalui dengan teknik traversing. Untuk mengurangi resiko' pada kondisi ini dapat dilakukan tindakan pengamanan terhadap para penelusur dengan lalan belaying. Belaying dapat dilakukan secara sederhana dengan safety prosedure yang rnernadai.
Untuk rnenelusuri gua horisontal biasanya tidak menggunakan SRT set, tetapi bila menemui medan yang berbahaya seperti tersebut diatas , harus dipersiapkan peralatan standar minimal tali, webbing, dan carabiner. Selain peralatan standar ini dapat pula dibawa alat tambahan untuk belaying. seperti figure of eight, sticht plate, shunt, dan descender auto stop atau non autostop. Peralatan ini akan sengat berguna pada teknik beiaying yang dilakukan karena selain lebih efisien juga lebih aman bagi peralatan itu sendiri.
Belaying dapat dilakukan hanya menggunakan tali lanpa penggunaan peralatan tambahan tainnya, teknik ini disebut Clasic Belay. Kelemahan pada teknik ini adrdah faktor keamanannya rendah, selain itu epabile orang yang dibelay sampai lerjatuh helayer akan merasakan hentakan yang keras pada pinggang . Kondisi ini dapat diantisipasi dengan memasang pengaman tambahan pada posisi yang lebih tinggi yang fungsinya sebagai peredam hentakan.
Belaying dapat dilakukan hanya menggunakan tali lanpa penggunaan peralatan tambahan tainnya, teknik ini disebut Clasic Belay. Kelemahan pada teknik ini adrdah faktor keamanannya rendah, selain itu epabile orang yang dibelay sampai lerjatuh helayer akan merasakan hentakan yang keras pada pinggang . Kondisi ini dapat diantisipasi dengan memasang pengaman tambahan pada posisi yang lebih tinggi yang fungsinya sebagai peredam hentakan.
§ Belaying pada pembuatan rigging
Dalarn kegialan penelusuran gua vertikal , sebelum melakukan penelusuran harus dipersiapkan lintasan untuk menuruni gua tersebut. Pada saat pembuatan lintasan (rigging), kadang-kadang pembuat rigging harus mencari pengaman yang sesuai dengan medan gua supaya anggota tim dapat melewali lintasan dengan aman. Kondisi ini menyebabkan pembuat rigging harus bergerak menyamping (Traverse) atau bergerak ke atas (climbing) disekilar mulut gua verlikal atau pitch. Saat-saat seperti ini adalah saat kritis karena posisi pembuat rigging belum aman. Untuk mengurangi resiko yang berat apabila terjatuh sebelum menemukan pengaman harus dilakukan teknik 8elaying. Dalam pembuatan rigging dikenal dua sistem belaying. yaitu Self Belay dan Belay by The Other.
Self Belay adalah tindakan mengamankan diri sendiri. Teknik ini dapat diiakukan apabila pembual rigging ingin, langsung turun lanpa kembali ke bibir pitch. Jadi selama pernbuatan ngging, pembual rigging harus membawa semua peralatan yang dibutuhkan yaitu lab, karabiner, webbing. Serta pengaman yang dibutuhkan (pengaman sisip dan pengaman tanam). Prosedur dalam sistem ini adalah sebagai berikut .
1) Pembuat rigging harus sudah memasang main anchor dan back up dengan
nilai emas.
nilai emas.
2) Tali yang sudah terpasang pada main anchor dan back up dihubungkan pada descender dan atau ascender dan chest ascender.
3) Pembuat rigging boleh melakukan traversing atau climbing dengan terlebih dulu memasang pengaman untuk mengurangi fall factor, untuk mencari pengaman yang sesuai dengan kondisi pitch.
4) Setelah mendapatkan pengaman yang sesuai lintasan dapat dipasang sesuai dengan posisi yang diinginkan.
5) Pembuat rigging dapat langsung turun ke dasar pitch setelah melakukan chek ulang pada lintasan yang dibuatnya.
Kesulitan dalam melakukan self belay ini adalah pembuat lintasan harus membawa beban yang berat berupa tali dan peralatan lain yang dibutuhkan, sehingga gerakan dan keseimbangannya akan terganggu.
Belay by the other yaitu pengamanan oleh orang lain. Teknik ini dilakukan apabila dalam pembuatan rigging, pembuat rigging harus bergerak jauh dari mulut pitch misalnya untuk membuat lintasan pada waterfall yang besar. Dalam kondisi seperti ini pembuat lintasan tidak akan dapat bergerak bebas bila membawa semua peralatan. Jadi pembuat lintasan hanya membawa peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan pengaman dan ujung tali. Gulungan tali baru dibawa setelah lintasan siap.Prosedur dalam teknik belay by the other ini adalah sebagai berikut :
1) Sebelurn bergerak mencari pengaman (traversing atau climbing) pembuat lintasan dihubungkan dengan seutas tali dan diamankan oleh asistennya.
2) Ujung tali dibuat simpul delapan dikaitkan pada karabiner oval screw tempat descender, dapat juga ditambah pengaman dengan memasukkan tali setelah simpul pada chest ascender. Hal ini unluk rnembagi beban bila pembuat lintasan terjatuh.
3) Sisi tali yang lain dimasukkan pada descender belayer yang telah mengatur posisinya dalam keadaan aman dan nyaman. Sebaiknya belayer memasang cowstailnya pada sebuah anchor yang aman.
4) Setelah posisi keduanya aman, pembuat lintasan dapat bergerak mencari pengaman yang dibutuhkan sambil terus diamankan oleh belayer. Selama bergerak , pembuat lintasan harus memasang pengaman pada jarak tertentu untuk mengurangi fall factor.
5) Setelah mendapat anchor yang aman dan sesuai dengan posisi pitch, pembuat lintasan dapat kembali ke posisi semula untuk memasang tali yang akan digunakan untuk descending.
Teknik ini lebih aman digunakan dalam pembuatan rigging, meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam teknik belay by the other posisi belayer kedang-kadang tidak nyarnan, sehingga harus dibuat anchor tambahan untuk mengurangi beban hentakan serta memudahkan sistem belaying.
Selain teknik belay by the other masih ada satu teknik belaying yang hampir sama yaitu belay langsung pada anchor. Perbedaan antara belay secara man to man dengan belay langsung pada anchor terletak pada posisinya dan kenyamanannya.
H. ORGANISASI RIGGING
Yang dimaksud dengan organisasi rigging adalah manajemen dan pembagian kerja saat pembuatan Iintasan. Persiapan dan pengaturan yang dilakukan meliputi banyak hal :
1. Persiapan peralatan
Hal ini dilakukan sebelum mulai penelusuran, meliputi :
a. Penghitungan jumlah alat yang akan dibawa. Hal ini dibedakan atas :
· Penelusuran gua baru.
Jumlah peralatan yang dibawa berdasarkan target waktu penelusuran yang akan dilakukan, ataupun perkiraan kedalaman gua yang akan ditelusuri.
· Penelusuran gua yang pernah ditelusuri sebelumnya.
Jumlah peralatan bisa dihitung dari jumlah pitch dan panjang tiap pitch yang telah diketahui sebelumnya.
2. Packing peralatan
Jumlah peralatan yang akan dibuwa dibagi rnenjadi beberapa kelompok, dengan menggunakan tackle bag tersendiri.
a. Tali
Packing tali dengan tas khusus (sendiri), jangan dicampur dengan barang-barang lain terutama bahan kimia. Gulung tali kedalam tas dengan ujung yang pertama kali masuk dibuat simpul 8 tunggal dan simpul 8 double.
b. PeraIatan dan logam
Peralatan berupa carabiner, pengaman sisip. bor tebing. hammer dan lain
sebagainya. Masukkan peralatan ini dalam tas tersendiri.
sebagainya. Masukkan peralatan ini dalam tas tersendiri.
c. Peralatan dari kain.
Peralatan yang dimaksud adalah webbing sling ataupun tali potongan pendek.
3. Pembagian tim
Tim rigging yang baik minimal 2 orang. dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. Pemasang lintasan.
Bertugas memasang lintasan dan Iadder. Sebagai pemasang lintasan dia bertanggung jawab atas keselamatan penelusur lainnya saat melewati lintasan yang dibuat, jadi lintasan ini harus benar-benar aman untuk penelusur lainnya. Sehingga ada kesepakatan bahwa pembuat lintasan harus yang pertamakali turun pada lintasan tersebut.
b. Pembantu (assisten rigging)
Orang ini bertugas untuk menyiapkan dan memberikan alat yang dibutuhkan oleh pembuat lintasan, juga sebagai bellayer saat orang pembuat lintasan harus melakukan traversing ataupun pemanjatan pada saat memasang lintasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar